Mempercayai qadha dan qadar adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Bahkan
hal ini menjadi rukun iman yang menjadi dasar dari kepercayaan agama Islam. Sebelum
saya membahas mengenai poin kemerdekaan berusaha dan ketetapan universal yang
terdapat dalam NDP HMI, di sini saya akan mencoba mengupas alasan atau penyebab
yang menjadikan qadha dan qadar menjadi salah satu rukun iman. Karena penyebab
inilah yang dijadikan dasar mengapa poin dari kemerdekaan berusaha dan
ketetapan universal harus diadakan dalam materi NDP HMI.
Qadha dan qadar berarti ketetapan yang lampau dan ketetapan yang
sekarang. Maksudnya, qadha adalah suatu ketetapan yang ditetapkan sebelum
makhluk ada (dalam islam tradisional disebut zaman azali). Qadha merupakan
sebuah master plan yang akan dikenakan oleh Tuhan kepada makhluknya seperti
contoh Tuhan telah menetapkan didalam buku rencananya bahwa Saat ini andi duduk
dikursi. Sedang qadar adalah sebuah
keputusan yang diambil pada saat waktunya tiba, yang keputusan ini sudah
semestinya diambil berdasarkan qadhanya seperti contoh karena qadhanya andi
duduk di kursi saat ini, maka saat ini andi duduk dikursi sebagai qadarnya.
Mengapa qadha dan qadar mesuk kedalam rukun iman?
Keyakinan atas qadha dan qadar merupakan turunan atas komitmen seorang
muslim atas keimanannya kepada Tuhan. Keyakinan atas dua hal ini diturunkan
dari kepercayaan atas kuasa Tuhan yang menguasai segala yang ada pada
makhluk-Nya ( Maha kuasa). Dengan kata lain ketika manusia percaya bahwa Tuhan
adalah zat yang Maha kuasa maka dengan demikian diapun harus percaya bahwa
Tuhan menguasai makhluknya. Karena terbukti bahwa alam beserta isinya sangat
teratur, maka berarti alam beserta isinya ini merupakan sesuatu yang tercipta
karena adanya sebuah perencanaan yang baik. Oleh karena itulah Tuhan menciptakan
qadha yang menjadi master plan dari rencana Tuhan sebelum menciptakan alam
semesta. Tentang isi dari qadha, qita sendiri tidak akan pernah mengetahuinya
karena hal itu menjadi rahasia Tuhan penciptanya.
Percaya akan adanya qadha dan qadar memberikan pengaruh pada keyakinan
kita saat berusaha mencapai sesuatu atau pada saat kita menghadapi sesuatu
masalah. Seseorang yang percaya bahwa Tuhan telah menetapkan segala sesuatunya
sejak zaman azali, dia akan cendrung untuk berserah diri kepada-Nya atas apa
yang dia lakukan ataupun apa yang sedang menimpanya. Namun negatifnya, terkadang
orang yang percaya pada qadha biasanya menjadi lebih pasif dan bahkan cendrung
pemalas. Karena mereka menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Dalam berusaha untuk
mencapai apa yang diinginkannyapun juga setengah-setengah karena mereka percaya
bahwa keberhasilan yang mereka capai semuanya Tuhan yang menentukan. Tidak
peduli seberapa besar usahany maka hal itu tidak akan memberikan pengaruh.
Oleh karena qadha dan qadar sangat berpengaruh pada persepsi kita saat
berusaha, maka akhirnya muncullah banyak perdabatan mengenai hal ini di abad
pertengahan. Pada masa itu, para cendekiawan muslim terbagi menjadi 3 golongan
yaitu qadariyah, asyariyah dan jabariah. Ketiga golongan ini memiliki definisi
masing-masing dalam pendefinisian tentang qadha dan qadar. Sehingga muncullah
berbagai konflik akibat dari perdebatan tersebut. Di sini saya tidak akan
membahas bagaimana perdebatan itu berlangsung dan atau proses perdebatan dari
tiap golongan tersebut. Namun saya disini hanya ingin menunjukkan bahwa masalah
qadha dan qadar memang sejak dulu telah menjadi perdebatan bagi umat muslim.
Kembali pada fokus bahasan kita kali ini mengenai ikhtiar dan takdir. Ikhtiar
sendiri sebenarnya berasalah dari bahasa persi yang kemudian diadobsi oleh
bahasa arab (Ali syariati). Dalam bahasa arab, bahasa ikhtiar biasanya
diartikan bebad memilih, sedangkan dalam bahasa persi sendiri, bahasa ikhtiar
berarti bebas memilih dengan adanya dasar. Di sini saya akan mencoba mendekati
ikhtiar dari bahasa aslinya yaitu bahasa parsi. Saya di sini tidak menggunakan
arti ikhtiar dari bahasa arab karena dalam arti ikhtiar dalam bahasa arab,
artinya lebih dangkal jika dibanding dengan arti ikhtiar dari bahasa parsi
sebagai pemilik dari kata ikhtiar itu sendiri.
Islam sendiri adalah agama yang sangat menghormati kebebesan untuk
memilih atau berusaha. Hal ini terbukti dari beberapa ayat alqur’an yang secara
khusus menjelaskan tentang usaha atau pilihan tersebut. Berbekal ayat-ayat
tersebut, akhirnya dapat diketahui bahwa kebebasan memilih dan berusaha itu
hanya dikenakan ketika seseorang memiliki dasar untuk memilih atau berusaha. Hal
ini dapat diketahui dari larangan islam bagi orang yang memilih sesuatu yang
salah dan atau berusaha dengan sesuatu yang salah.
Peran dan posisi ikhtiar?
Ikhtiar sendiri secara istilah adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan. Setidaknya inilah definisi
ikhtiar yang sering saya dapatkan ketika saya masih kecil dulu dari guru ngaji
saya. Karena ikhtiar merupakan sebuah usaha untuk mencapai apa yang kita
inginkan, maka berarti ada sedikit permasalah yang berhubungan dengan ikhtiar
ini. Yaitu permasalahan tentang bagaimana letak atau posisi ikhtiar ditengah
antara qadha dan qadar? Untuk menjawab hal ini, terdapat beberapa jawaban yang
digunakan oleh sebagian besar kaum muslim. Namun disini saya tidak sedikitpun
menyinggung hal itu. Guna menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menggunakan
basic ilmu saya sebagai seorang engginer yang kebetulan meyakini kebenaran
hukum alam juga.
Qadha dan hukum alam memang kelihatan sangat berbeda. Pasalnya qadha itu
sering dihubungkan dengan apa yang terjadi dengan manusia sedangkan hukum alam
jauh lebih komplek darinya. Dalam berbagai ilmu alam, hukum alamlah yang
dijadikan sebagai acuan untuk merekayasa apa yang ada di alam supaya dapat
dimanfaatkan sesuai dengan yang kita harapkan. Keberadaan hukum alam ini
sendiri merupakan hasil dari analisa yang dilakukan oleh para ilmuan ilmu alam
yang didasarkan pada pola alam semesta yang kebetulan identik. Karena keidentitakan
peristiwa atau fenomena yang terjadi dialam, maka akhirnya para ilmuan tersebut
merumuskan hukum alam dalam bentuk hukum matematika yang dapat dihitung dan
diprediksi. Memang kita akui bahwa hukum alam bukanlah qadha tetapi rancangan
mengenai keberadaan hukum alam inilah yang disebut qadha.
Contoh : matahari akan mengeluarkan panas yang kemudian dapat
menghangatkan kita, merupakan sebuah hukum alam. Hukum alam ini diamati dan
kemudian dirumuskan hingga kemudian muncullah rumus radiasi matahari dan hukum
reaksi matahari. Apa yang terjadi pada matahari adalah sebuah qadar bahwa
matahari akan menghasilkan panas yang kemudian sampai ke kita akibat dari
reaksi intinya. Namun apa yang membuat matahari bereaksi dan kemudian
menghasilkan panas adalah sebuah qadha. Seperti itulah seorang engginer
mengenal qadha sebagai grand disain dari alam semesta.
Dari contoh diatas dapat kita ketahui bahwa, sebenarnya qadhanya
matahari mencakup tentang hukum yang membuat matahari cendrung melakukan apa
yang disebut reaksi. Atau dengan kata lain qadhanya Tuhan hampir serupa dengan
hukum alam. Namun qadhanya allah merupakan serangkai rencana atas keberadaan
hukum alam tersebut. Sedang qadarnya allah adalah serangkaian peristiwa yang
terjadi berdasarkan hukum alam tersebut.
Berbeda dengan alam semesta yang mereka tidak sedikitpun diberi
kemungkinan untuk melawan atau merekayasa hukum alam yang dikenakan kepadanya,
manusia mampu merekayasa dan melawan hukum alam tersebut sehingga dapat
mencapai apa yang diinginkannya. Dan kemampuan inilah yang kita kenal sebagai
ikhtiar. Namun meskipun demikian, nampaknya manusia juga tidak dapat lepas dari
beberapa hukum alam yang mengenainya seperti lahir, mati dan sakit. Dalam ketiga
hal itu, manusia sepenuhnya tunduk pada hukum alam yang mengenainya.
Jika kita talaah lebih jauh, nampaknya kemampuan manusia untuk melawan
atau merekayasa hukum alam tak lain juga dapat disebut sebagai qadar. Karena hal
itu merupakan hukum alam yang mengenainya pula. Oleh karena itu , dalam hal
melawan maupun merekayasa, nampaknya manusia juga harus tunduk dengan hukum
alam yang jauh lebih besar darinya. Seperti contoh, ketika manusia ingin
merekayasa bahwa listrik dari titik A akan dialirkan menuju titik B melalui
sebuah kabel tembaga, maka saat proses pemasangan dari kabel maupun saat dalam
usaha mengalirkannya, manusia juga harus memperhitungkan posisi dirinya yang
tak lain juga merupakan bagian dari alam.
Disinilah penjelasan tentang kemerdekaan berusaha dan ketetapan
Universal, bahwa manusia bebas memilih untuk menentukan apapun namun semuanya
itu harus dilakukannya berdasarkan pada hukum alam ataupun aturan yang sesuai.
Dalam aturan dan Hukum alam inilah letak ketetapan universal itu berada.
karya lain tentang NDP HMI:
1. Dasar-dasar kepercayaan
2. pengertian dasar - dasar kemanusiaan
3. Kedudukan NDP HMI
4. Sejarah perumusan NDP HMI
5.Pengantar NDP dari saya
karya lain tentang NDP HMI:
1. Dasar-dasar kepercayaan
2. pengertian dasar - dasar kemanusiaan
3. Kedudukan NDP HMI
4. Sejarah perumusan NDP HMI
5.Pengantar NDP dari saya
jaya HMI
ReplyDelete